Beberapa
waktu yang lalu sempat trending di Youtube mengenai pengalaman horor di salah
satu rumah di Yogyakarta yang diprakarsai oleh Raditya Dika dan teman SMAnya
Mizter. Melihat itu saya jadi inget pengalaman horor yang juga terjadi di
Jogja, tepatnya di kontrakan yang saya sewa dulu ketika kuliah di UGM bersama
teman-teman saya. Jika cerita dari Mizter tersebut menyebut lokasi rumah horor
tersebut berada di jalan magelang sebelah selatan yang dekat dengan kota jogja
(dari penggambaran denah di Vlog kedua Raditya Dika “Rumah Terseram Jogja”)
yang berarti lokasi rumah tersebut terletak antara pasar kutu sampai keselatan
sampai ke perempatan jetis. Uniknya cerita yang akan saya ceitakan ini juga
mempunyai daerah yang hampir sama, terletak di daerah antara jalan magelang dan
monjali di sebelah selatan. Entah kenapa saya teringat dengan cerita viral
“keluarga tak kasat mata” yang sempat hits beberapa waktu yang lalu yang
terjadi di sebuah rumah yang juga terletak di jalan magelang. Entah kenapa jalan
magelang sebelah selatan ini sering terdapat kejadian-kejadian ganjil, terutama
kejadian yang pernah saya dan teman teman alami.
Singkat
cerita, cerita ini terjadi sekitar 11 tahun yang lalu, sekitar tahun 2009,
ketika Jogja tidak seramai sekarang. Saya adalah mahasiswa semester tiga yang
telah lebih dulu ngekos di daerah jalan ambarukmo plaza dari awal kuliah hingga
akhir semester 2. Karena terlalu jauh dari kampus, saya memutuskan untuk
mencari kontrakan yang dapat dihuni bareng bersama teman-teman di pertengahan
2009. Setelah mencari beberapa
kontrakan, akhirnya diputuskan untuk memilih rumah yang terletak di dekat
jembatan teknik UGM dengan lokasi diantara jalan monjali dan jalan magelang ini
sebagai hunian bersama yang dekat dengan kampus. Alasan kenapa memilih
kontrakan itu adalah karena akses yang gampang, parkir yang luas, dekat dengan
kampus, dan yang terpenting adalah harga yang sangat terjangkau melihat dari
spesifikasi yang ada. Kontrakan ini berada di tengah kampung dengan jalan depan
yang dapat dilalui oleh dua mobil secara mepet. Kontrakan ini mempunyai halaman
depan dan belakang yang luas. Setidaknya halaman depa huja ditotal luasnya
mungkin lebih dari 100 meter persegi, dan cukup untuk parkir empat mobil.
Halaman depan mempunyai satu pohon mangga yang sudah besar yang sering berbuah
saat musim mangga tiba. Dasaran dari halaman depan ini masih berupa tanah yang
ditumbuhi rumput liar. Sewaktu saya awal menempati rumah ini, rumput sudah
dipotong rapi pendek oleh yang punya, sehingga tidak ada kesan kumuh ataupun
seram di rumah ini. Adapun halaman belakang terdiri dari sumur tua yang menjadi
sumber utama air rumah ini. Di halaman belakang juga terdapat satu satunya
bangunan kamar mandi yang terpisah dari bangunan utama rumah. Kamar mandi itu
beratapkan seng dengan bangunan beton. Di atapnya terdapat struktur seng yang
dikasih paku untuk menjemur baju atau menggantungkan sesuatu.
Meskipun
sudah menggunakan bahan bangunan yang modern (plester semen, batu bata, keramik
dkk) namun desain dari rumah ini masih menggunakan desain rumah jawa yang hanya
terdiri dari kolom kosong berbentuk lorong dengan kamar-kamar yang berada di
kanan dan kiri lorong tersebut dengan pintu depan dan belakang yang sejajar. Di
bagian depan terdapat sofa yang kita jadikan sebagai ruang tamu dan garasi
motor. Di ruang tengah terdapat buffet sebagai partisi dari kolom dan
difungsikan untuk menaruh TV, dan area kumpul dan bermain games. Disebelah
pintu belakang, terdapat wastafel dan dak dapur yang biasa digunakan untuk cuci
muka dan memasak. adapun kamar mandi terdapat di halaman belakang yang terpisah
dari rumah induk. Di halaman belakang tidak ada penerangan sama sekali kecuali
di kamar mandi, sehingga jika kamar mandi tidak menyala maka halaman belakang
pasti gelap gulita. Rumah kontrakan tersebut mempunyai lima kamar dengan bentuk
kamar yang hampir sama kecuali dua kamar utama yang berada di depan dan
belakang dekat dengan wastafel dimana kamar tersebut mempunyai ukuran yang
lebih besar dibanginkan tiga kamar lain.
Selama
lebih dari 6 bulan pertama tidak ada satupun yang mengalami hal-hal ganjil di
rumah tersebut. Rumput yang rapi di halaman depan saat pertama kali mengontrak
di rumah tersebut, akhirnya juga menjadi semak belukar dengan tinggi lebih dari setengah meter. Sehingga rumah terlihat lebih
tidak terurus dan kumuh. Ada 6 orang yang ikut mengontrak di rumah tersebut,
Rusdi yang menempati kamar besar di depan. Ahmad dan Haryadi mereka berdua
menempati kamar besar dibelakang. Jamal, Ndalepok, dan saya menempati kamar
sisanya.
Kejadian
ganjil dimulai ketika si Rusdi membeli 2 ekor burung hantu anakan yang ia beli
di pasar hewan Ngasem (sebelum di pindahkan ke pasty, jalan bantul). Anakan
burung hantu tersebut dibawa ke kontrakan dengan kurungan yang terbuat dari
kawat ukuran 40 x 20 cm dengan pintu kecil yang berada di depan kurungan.
Karena ukuran badan dari anakan burung hantu tersebut yang besar, pintu
kurungan tidak dapat mengakomodasi anakan burung hantu untuk keluar. Sehingga
untuk mengeluarkan burung hantu tersebut adalah dengan membongkar atap kurungan
dengan melepaskan kaitan kawat. Dan setelah selesai dikeluarkan, anakan burung
hantu tersebut dimasukan ke dalam kurungan melalui atap kurungan yang telah
dibongkar dan direkatkan lagi atap kurungannya.
Saya
ingat banget waktu itu siang hari, mungkin hari minggu. Karena waktu itu semua
anak berada di kontrakan sedang kumpul di ruangan tengah di dekat tv. Teman
saya, Rusdi mengeluarkan anakan burung hantu tersebut dengan membongkar atap
dari kurungan dan kita memainkannya. Sungguh lucu anakan burung hantu
tersebut. Setelah selesai memainkan,
anakan burung hantu tersebut kemudian dimasukan lagi kedalam kurungan, dan
kurungan yang telah dibongkar atapnya itu kemudian ditutup kembali dengan
mengkaitkan kawat kawat yang ada di atap dan di bodi kurungan. Waktu itu
sekitar pukul lima sore. Anakan burung hantu yang ada di kurungan tersebut
berada di dalam rumah hingga pukul setengah dua belas malam. Sebelum tidur,
kurungan tersebut dipindahkan dan digantungkan di kamar mandi di halaman
belakang rumah.
Berakhirlah
hari itu.
Esok
hari subuh, Ndalepok hendak menunaikan
sholat subuh. Ia pun wudhu ke kamar mandi halaman belakang. Samar samar dalam
kegelapan ia melihat anakan burung hantu yang ada dalam kurungan tidak ada.
Cuek saja, dia tetap wudhu dan melakukan sholat subuh. Setelah sholat subuh,
Ndalepok kembali mengecek kurungan yang ada di kandang belakang. Dia
benar-benar kaget karena anakan burung hantu tersebut hilang. Sontan dia
membangunkan Rusdi sebagai pemilik dari anakan burung hantu tersebut. Setelah
di cek lebih detil, ada kejanggalan dari hilangnya burung hantu tersebut.
Kurungan burung hantu tersebut masih tetap utuh tanpa membuka sama sekali!.
Setelah semua penghuni kontrakan bangun, ditanyain satu persatu mengenai perihal
hilangnya burung hantu tersebut, dan tidak satu orangpun tahu. Mulailah dengan
teori-teori kenapa burung tersebut bisa hilang. saya ingat betul waktu itu kalo
ada yang bilang burung hantunya kabur. Namun tak mungkin juga bisa kabur karena
kondisi kurungan masih dalam keadaan tertutup rapat, bahkan burung hantu
tersebut tidak dapat keluar melalui pintu kurungan karena ukuran pintu yang
tidak muat oleh badan burung hantu. Bahkan untuk mengeluarkan burung hantu
tersebut harus membongkar atap kurungan. Teori kedua. Jika burung hantu
tersebut dicuri, kayanya mustahil pencuri tersebut harus susah payah membongkar
atap kurungan, mengambil burung hantu, dan kemudian menutup kembali kurungan
tersebut dengan rapat. Nilai burung hantu tersebut tidak sepadan dengan resiko
yang dikorbankan. Toh disitu masih ada barang-barang lain yang berharga, ada
motor di halaman belakang, masuk samping pintu ada laptop dkk. Sangat mustahil
kalo burung hantu tersebut dicuri. Beberapa terori dan argugmen saling berdebat
bagaimana burung hantu tersebut hilang. Namun satupun tidak menemukan titik
temu. Hingga saat ini kejadian hilangnya burung hantu tersebut masih menjadi
misteri.
Saya
tidur di kamar paling belakan, dekat dengan wastafel dapur. Selamat tidur di
kontrakan tersebut lebih setengah tahun, belum pernah terjadi apa apa. Nah
malam itu saya tidur dengan keadaan berbeda. Saya tidur seperti biasanya,
sekitar pukul sebelas malam. Biasanya tidur lampu saya matikan, dan pintu kamar
saya tutup. Kamar saya waktu itu memang kecil, sekitar 2,5 x 3 meter. Dan di
kamar itu hanya terdapat lemari pakaian saya, TV tabung kecil dan rak buku
beserta serakan buku. Tak seperti biasanya, tiba-tiba di tengah malam saya
terbangun sesak. Sesaknya itu seperti ada sesuatu yang menindihi saya. Saya
sadar tidak bisa gerak, dalam kegelapan saya bisa melihat TV dan lemari saya.
Waktu itu posisi tidur saya tengkurap, dan sangat terasa sekali ada orang di
atas tubuh saya sehingga saya ketindihan. Hal itu berlangsung tidak lama,
mungkin sekitar lima menitan. Kemudian saya bisa sadar sepenuhnya. Saya
nyalakan lampu, dan seketika itu saya tidur di kamar Rusdi tanpa minta izin
darinya. Malam itu terasa sangat menakutkan, semua bulu kuduk berdiri. Semua
lampu di kontrakan saya nyalakan. Di kamar Rusdi kejadian “Tindihan” tersebut
tidak terulang.
Pagi
hari Rusdi kaget melihat saya tidur di kamarnya. “koe ngopo e?” kata Rusdi.
Lantas Saya menceritakan ketakutan saya ke semua teman-teman pagi itu. Namun
respon dari teman-teman malah menertawaiku, seperti tidak percaya atau sedikit
membuli. Ya itu sangat wajar karena memang di kontrakan ini tidak pernah sama
sekali ada kejadian-kejadian yang berbau mistis.
…………….
Dua
hari berselang dan tak terjadi apa-apa. Jujur saya masih mengalami traumatis
akibat kejadian malam itu. Seluruh terman kontrakan sampai hari ini tidak ada
yang memercayaiku. Memang sejak saat itu saya merasa ada sesuatu yang berbeda
di rumah kontrakan ini. Hawa di kamarku tak terlihat seperti biasa. Memang tatanan
kasur, lemari, dan rak buku masih seperti biasa. Lampu menyala seperti bisaya,
namun.. suhu udara terasa lebih hangat, dan (mungkin) karena ketakutan saya
sendiri yang membuat suasana terlihat lebih menakutkan. Seperti ada seseorang
yang menunggu kamarku meskipun tidak ada siapa-siapa.
Sudah
jam 23.30 saatnya terlelap. Saya tidak berani tidur di kamar saya karena masih
merasa takut. Saya tidur di depan Tv, tepat di tengah-tengah rumah kontrakan
yang dikelilingi oleh kamar-kamar teman saya. Di sebelah selatan ruang Tv yang
saya tiduri ini, terdapat kamar Ahmad dan Haryadi. Mereka tidur di dalam kamar.
Dan di sebelah tidur terdamat kamar Jamal. Sayapun terlelap…
Dalam
lelapnya malam,terdengar samar suara lumayan berisik dan langkah kaki seseorang.
Sayapun akhirnya terbangun dan sadar kalau ternyata itu adalah Haryadi yang
keluar kamar. Saya lihat jam, Pukul 02.00 dini hari.
“kenapa Har?”
“gak papa, besok aja aku ceritain”
Haryadi
kemudian membawa kasur keluar kamar dan menata di samping kasurku di ruang
tengah di depan Tv. Si Ahmad yang satu kamar dengan Haryadi juga ikut tidur di
depan Tv. Melalui intriknya saya sudah tahu kalau Haryadi juga di”tindihin”
sebagaimana yang saya alami. Dan mereka tidur di ruang tengah juga membuat saya
lebih berani. Sampai akhirnya kita terlelap di depan Tv hingga pagi hari.
Di
pagi hari sebelum berangkat kuliah, kita berlima sudah bangun dan ngobrol di
depan Tv. Haryadi bercerita panjang tentang pengalamannya malam itu.
“semalam
bener-bener kacau” kata Haryadi.
“Saya
tidur lumayan lebih pagi dibandingkan biasanya. Saya terlalu capek karena
banyak tugas. Saya tidur duluan di dalam sedangkan si Ahmad masih diluar. Asal
kamu tahu tidur saya terlentang menghadap atas. Memang gaya tidur saya kaya
gitu dari dulu. Saya tidur nyenyak, dan tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman.
Saya merasa susah nafas. Tiba-tiba ada perasaan takut yang amat dalam. Saya
tidak pernah setakut ini. Seketika ketika saya ingin bangun, badan saya tidak
dapat digerakan sama sekali. Saya mencoba teriak, tapi tidak ada suara keluar
dari mulut ini. Namun dari semua badan yang sudah untuk digerakan, hanya kaki
yang benar-benar tidak bisa digerakan. Saya mencoba memberontak dan menggerakan
anggota badan yang bisa saya gerakan. Saya memanggil Ahmad dengan susah payah,
namun jua tak beruara hanya desahan-desahan kecil seperti teriak yang ditutup.
Saya mencoba membuka kelopak mata dan melihat ke atap rumah. Gelap namun masih
disinari oleh lampu ruang tengah yang masuk melalui ventilasi. Saya usahakan
untuk melihat ke arah kaki, dimana kaki benar-benar tidak bisa digerakan sama
sekali. Susah sekali badan ini untuk digerakan, selama beberapa menit, badan
saya hanya bergerak beberapa sentimeter. Ketika melihat ke arah kaki dengan
menggerakan leher, betapa kagetnya kalau banyak anak kecil yang memegang
kakiku. Ada beberapa darinya hanya berlari-lari kamar. Saya takut setengah
mati. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Terlihat lampu terang menyinari
dari arah ruang tengah. Ahmad masuk dan menggerakan tubuhku. Setelah itu aku bisa
bergerak dan lari ke luar kamar menuju ruang tengah. Si Ahmad juga mengikutiku.
Setelah itu Saya gak berani cerita, dan akhirnya saya ceritakan pagi ini.”
Mendengar
cerita itu Saya langsung berkata “bener kan yang saya alami itu ada
relevansinya”. Jamal, Rusdi, dan Ndalepok sontak juga merasa takut atas
kejadian yang terjadi di rumah kontrakan ini. Seolah-olah ada sesuatu yang ingin
menteror di tengah malam. Sejak malam itu kami selalu tidur bersama di ruang
tengah depan Tv.
Beberapa
hari kemudian ada saudara saya menginap di kontrakan. Saya persilakan untuk tidur
kamar saya. Dia datang dari jauh dan menginap semalam. Saya dan teman-teman
masih tetap tidur di depan Tv. Di tengah malam, saudara saya keluar dari kamar.
“kenapa?”
tanyaku
“gapapa,
cuman tadi seperti ditindihin” katanya.
Selang
beberapa lama kemdian saudaraku kembali kemarku untuk tidur. Hingga pagi
menjelang.
Di
pagi hari, saudarku cerita panjang lebar. Bahwa dia mengalami teror yang lumayan
di kamar saya. Dia adalah orang yang belum pernah mengalami kejadian mistis
sama sekali. Dan ketika dia nginep di kamarku, dia mengalami “tindihan” lebih
dari empat kali dalam semalam. Dia tidak bisa tidur dan merasa ada sesuatu yang
menghantuinya. Saya akhirnya cerita, kenapa kita tidur di ruang tengah
bareng-bareng karena ada beberapa kejadian yang gak bikin nyaman. Diapun paham,
namun kita semakin percaya bahwa ada teror yang menimpa rumah kontrakan ini.
Yang
menarik dari teror ini adalah, selalu dilakukan jam 02.00 dini hari. Dan teror
terjadi apabila tidur sendirian di kamar tanpa orang lain. Ini benar-benar
sangat membingungkan.
Pernah
saya ketiduran di kamar saya. Waktu itu saya habis mengikuti kepanitiaan kampus
sampai malam. Saya tiba di rumah kontrakan sekitar pukul 24.00 malam. Begitu
selesai mandi, saya ganti baju di kamar. Teman-teman sudah tidur di depan Tv,
kecuali Rusdi yang belum pulang. Saya tidur-tiduran di kasur dengan keadaan
pintu kamar terbuka yang langsung menuju ruang tengah. Sanking ngantuknya mau
membawa kasur ke ruang tengah, Saya berfikir bentar deh tidur bentar. Toh juga pintu
terbuka, dan di samping pintu anak-anak terlihat tidur. Tak terasa saya ketiduran…
Saya
merasakan ada sesuatu yang merasuki saya di waktu tidur. Persis seperti ketika
tindihan. Saya merasa ada seseorang yang masuk perlahan ke tubuh. Badan mulai
bergetar dan semakin susah untuk digerakan.
Lampu
kamarku memang sudah mati dengan pintu yang terbuka menghadap ruang tengah. Lampu
ruang tengah juga mati, hanya Tv yang hidup sebagai penerangan. Cahaya Tv
sedikitnya masuk ke kamar saya, melihat saya tidur dalam keadaan siluet.
Badan
susah tidak mau digerakan. Saya mulai susah untuk berteriak. Ketika ingin
berteriak lebih jauh terdengar “Oi!!!”, seseorang teriak dari ruang tengah.
Seketika itu saya loncat dari kasur dan melihat kalau ada Rusdi di ruang
tengah. Rusdi berteriak kencang beberapa kali. Dia berkata;
“tidur
kamarku aja”
“kenapa
e rus?” tanyaku.
“besok
aja aku ceritain” katanya.
Sayapun
tidur di kamar Rusdi. Hingga di pagi harinya, dia berecerita bahwa dia pulang
ke rumah kontrakan pagi dini hari pukul 01.45. Sesampainya di kontrakan dia ingin
cuci muka dan sikat gigi. Kebetulan kamar mandi berada di belakang rumah yang
harus berjalan melewati ruangan tengah tempat anak-anak tidur dan kamarku
disampingnya. Ketika sampai di samping kamarku, dia melihat ke arah kamarku
yang pintunya terbuka. Dia melihat ada sesuatu yang terlihat samar-samar di
siluet, dan seketika memanggilku dengan sedikit berteriak. Begitulah ceritannya.
Teror
ini juga terus berlangsung selama lebih dari lima bulan. Hampir seluruh penghuni
kontrakan pernah tindihan. Mendengar suara-suara yang tak lazim. Bahkan ada
yang melihat burung hantu yang hilang, burung hantu itu berada di pohon mangga
di halaman depan. Sungguh tak masuk akal!
Jika
diceritakan kejadian di rumah kontrakan ini, Saya yakin banyak sekali cerita. Namun
nanti tulisan ini akan terasa sangat panjang. Saya perlu menceritakan hal yang
dianggap ganjil. Di perempatan sebelum ke rumah kontrakan ini, terdapat ruamh
kecil dipojokan yang gak dihuni siapa-siapa. Anehnya rumah tersebut menjadi
kerajaan bagi kucing dan anjing. Banyak sekali kucing yang tinggal di rumah pojokan
itu. Bahkan setiap malam, diperempatan terdapat anjing dengan muka bodoh duduk
pas di tengah-tengah perempatan itu. Perempatan itu perempatan kecil yang
gelap. Bukan hanya aku saja, setiap teman, baik yang tinggal di rumah kontrakan
maupun tidak, selalu melihat sosok anjing ini menjaga perempatan setiap malam
diatas jam 11. Puluhan kucing juga mendiami rumah itu. Banyak sekali kucing
samapi saya sudah untuk mendeskripsikannya. Hingga sekarang saya masih bingung
kenapa bisa seperti itu. Apakah ada rumah yang disediakan untuk hewan yang
tidak bertuan. Atau seperti apa. Yang aneh adalah, rumah hewan ini hanya aktif
pada waktu malam. Waktu siang tidak pernah saya jumpai ada binatang apapun di
rumah kecil pojok ini.
x