Saat itu saya sedang berada di
kantin kampus. Kebetulan hari itu saya ada janji dengan teman saya untuk
membicarakan sesuatu. Sambil menyantap
makanan kantin kami berbincang banyak hal hingga masuk ke diskusi serius.
Diskusi itu kemudian membawa kami
untuk membicarakan sesuatu yang tidak dapat dipikir secara nalar. Kebetulan
sekali kami berempat mempunyai karakter yang berbeda, sehingga diskusi itu
sedikit-banyak memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Saya merupakan orang yang sedikit
banyak telah mengalami kejadian-kejadian yang diluar nalar, sehingga bukan
berarti menganggap sesuatu yang bersifat mistik itu ada, namun abstraksi akibat
pengalaman tersebut membuat “seolah-olah” ada. Teman sekaligus dosen saya, mas
alvein. Dia merupakan orang yang kritis mengenai hal-hal seperti ini juga
bercerita mengenai pengalaman-pengalaman dia. Dia merupakan perumus yang baik,
untuk mengaitkan bagaimana sesuatu yang tidak bisa dipikir secara logis,
menjadi sesuatu yang logis dan ilmiah. Sedangkan teman saya yang satu, lawung.
Merupakan orang yang sangat logis. Dia hampir tidak percaya adanya
makhluk-makhluk astral. Sebagai seorang agnostic dia menganggap bahwa semua
dapat di jelaskan dengan ilmiah. Mengenai fenomena-fenomena yang tidak masuk
akal tersebut hanyalah sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Diskusi itu dimulai saling
berbagi cerita tentang pengalaman-pengalaman mimpi yang terasa aneh. Aneh
karena pengalaman mimpi itu sangat berkesan. Saya pernah mengalami mimpi yang
terjadi selama 4 hari berturut-turut. Waktu itu saya masih duduk di bangku sd.
Bahkan saya sampai takut untuk tidur gara-gara mimpi itu. Seingat saya, mimpi
itu merupakan mimpi yang putih. Dunia putih, saya merasa sangat takut karena di
kejar-kejar oleh sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan. Bahkan ketakuran yang
saya alami ini tidak bisa dijelaskan setelah saya bangun. Seolah-olah
konsep-konsep yang ada di dalam mimpi ini tidak terjadi di dunia nyata. Dalam
mimpi itu saya diangkat keatas oleh sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan. Dan
kegiatan yang berlangsung dalam mimpi itu tidak dapat dijelaskan karena tidak
ada bahasa yang cocok untuk menjelaskanya.
Mas alvein juga menanggapi.
Bahwasanya dia pernah merasakan roh keluar dari dalam tubuhnya. Itu terjadi
secara real. dia bercerita bahwa roh itu keluar perlahan dari tubuhnya melalui
ujung kakinya, dan dia dapat melihat jasad tubuhnya.
Karena belum ada ilmu pengetahuan
yang ada itu hanya bersifat kausal, berarti suatu kejadian itu ada karena ada penyebabnya
maka fenomena-fenomena ini hanya dianggap imaji, halusinasi atau abstraksi dari
otak yang tidak bisa dibuktikan secara nyata.
Namun apabila hal-hal seperti ini merupakan abstraksi dari otak kita,
mengapa istilah istilah yang mengacu kepada hantu, setan dan makhluk astral
lain ada di seluruh dunia? Bahasa muncul berdasarkan evolusi komunikasi
nonverbal ke verbal. Bahasa terbentuk
berdasarkan kesepakatan antara pembicara dan yang diajak bicara. Sehingga
muncul bahasa-bahasa yang berkembang di suatu komunal tertentu. Bahasa di
tempat yang mempunyai akses lebih sulit ke tempat lain cenderung mempunyai
bahasa lebih komplek daripada yang mempunyai akses mudah. Dan yang menjadi
pertanyaan adalah istilah yang mengacu pada “hantu” telah ada di seluruh dunia.
Hantu, ghost, syaiton, dll merupakan istilah yang sama untuk makhluk di luar
manusia. Bahasa itu telah ada sebelum adanya kemudahan akses seperti zaman
sekarang. Berarti istilah itu ada dan berkembang dikarena apa yang diistilahkan
memang ada di seluruh dunia. Lantas kenapa tidak ada ilmu pengetahuan yang
mengakuinya sebagai suatu yang ilmiah?
Pembicaraan kami berlanjut.
Lantas kenapa paranormal, “orang pinter”, dukun atau istilah yang mengacu pada
konsep yang sama tidak dianggap sebagai ilmuan makhluk astral? Bukankan mereka
membentuk pola yang sama di seluruh dunia?, mereka bisa melihat dan
berkomunikasi dengan makhluk astral itu tanpa kita tahu bagaimana cara mereka
melakukanya. Namun di setiap wilayah, mempunyai cara yang hampir sama untuk
semua paranormal, bagaimana mereka berkomunikasi, bagaimana mereka menggunakan
symbol-simbol dan peralatan tertentu, bagaimana attitude mereka dll. Bukankah
itu sebuah pola yang tidak terbentuk dikarenakan mereka sepakat begitu saja?
Itu merupakan sesuatu yang yang memang harus ada dan menjadi standar operasi
mereka, karena bukan mereka yang menentukan untuk menjadi dan mengikuti standar
yang ada, namun sistem yang tercipta karena kebutuhanya terhadap apa yang
digelutinya yang membuat demikian rupa. Dengan istilah lain, sistem yang
membuat mereka seperti itu, bukan mereka yang menentukan sistem mereka sendiri.
Menurut saya, mereka pantas
disebut sebagai ilmuan. Karena mereka mempunyai prosedur tersendiri dalam
mengungkap hal-hal yang tidak dapat diungkap. Walaupun mungkin hal-hal tersebut
tidak bisa diterima di logika yang saat ini kita sepakati, tapi prosedur itu
sudah digunakan dan disepakati oleh logika mereka.
Atau kalau menurut logika yang
ada, makhluk astral itu merupakan makhluk yang biasa kita kenal dengan sebutan
alien. Karena perbedaan dimensi waktu, mungkin saja mereka secara teknologi
jauh diatas kita. Sehingga apa yang kita alami yang tidak dapat dijelaskan
secara ilmiah itu merupakan “orang” di masa depan kita, entah itu dari dalam
planet kita ataupun luar dengan teknologi yang jauh melampaui kita. Karena
“fisika” kita berbeda dengan mereka, maka hal hal tersebut dianggap tidak masuk
logika sekarang, dan dianggap sesuatu yang mustahil.
Jadi “penampakan” yang ada di
seluruh dunia itu merupakan teknologi mereka yang diistilahkan dengan bahasa
kita masing-masing. Misalnya aja
penyebutan naga, naga di barat itu mempunyai sayap. Sedangkan naga di timur itu
tidak memiliki sayap. Alasanya mudah, karena dibarat itu mengikuti logika, dan
di timur itu lebih cenderung mistis. Naga bisa terbang karena mereka bersayap,
sedangkan di timur, naga bisa terbang karena dia makhluk legendaris yang tidak
membutuhkan logika sekarang untuk dapat terbang. Begitu juga pocong,
kuntilanak, vampire dan lain-lain itu mengikuti kebudayaan yang ada di daerah
itu. Dan karena penggambaran masyarakat yang ada sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan ekspetasi yang berbeda-beda
diantara kita.
Jadi kesimpulanya,
1.
Makhluk astral itu ada karena kita memikirkanya
dan menjadi abstraksi bawah sadar kita
2.
Makhluk astral itu ada, dan hanya orang-orang
yang kompeten yang mampu memahaminya
3.
Makhluk astral itu merupakan jelmaan
manusia/alien karena teknologi dan dimensi waktu yang berbeda
Ditambahin aja, ini memang ngaco, tapi membuat kita terus
berfikir :D