arsip

Minggu, 18 Agustus 2019

Teror Setiap jam 02.00 dini hari di rumah kontrakan Jalan Monjali Jogja



Beberapa waktu yang lalu sempat trending di Youtube mengenai pengalaman horor di salah satu rumah di Yogyakarta yang diprakarsai oleh Raditya Dika dan teman SMAnya Mizter. Melihat itu saya jadi inget pengalaman horor yang juga terjadi di Jogja, tepatnya di kontrakan yang saya sewa dulu ketika kuliah di UGM bersama teman-teman saya. Jika cerita dari Mizter tersebut menyebut lokasi rumah horor tersebut berada di jalan magelang sebelah selatan yang dekat dengan kota jogja (dari penggambaran denah di Vlog kedua Raditya Dika “Rumah Terseram Jogja”) yang berarti lokasi rumah tersebut terletak antara pasar kutu sampai keselatan sampai ke perempatan jetis. Uniknya cerita yang akan saya ceitakan ini juga mempunyai daerah yang hampir sama, terletak di daerah antara jalan magelang dan monjali di sebelah selatan. Entah kenapa saya teringat dengan cerita viral “keluarga tak kasat mata” yang sempat hits beberapa waktu yang lalu yang terjadi di sebuah rumah yang juga terletak di jalan magelang. Entah kenapa jalan magelang sebelah selatan ini sering terdapat kejadian-kejadian ganjil, terutama kejadian yang pernah saya dan teman teman alami.
Singkat cerita, cerita ini terjadi sekitar 11 tahun yang lalu, sekitar tahun 2009, ketika Jogja tidak seramai sekarang. Saya adalah mahasiswa semester tiga yang telah lebih dulu ngekos di daerah jalan ambarukmo plaza dari awal kuliah hingga akhir semester 2. Karena terlalu jauh dari kampus, saya memutuskan untuk mencari kontrakan yang dapat dihuni bareng bersama teman-teman di pertengahan 2009.  Setelah mencari beberapa kontrakan, akhirnya diputuskan untuk memilih rumah yang terletak di dekat jembatan teknik UGM dengan lokasi diantara jalan monjali dan jalan magelang ini sebagai hunian bersama yang dekat dengan kampus. Alasan kenapa memilih kontrakan itu adalah karena akses yang gampang, parkir yang luas, dekat dengan kampus, dan yang terpenting adalah harga yang sangat terjangkau melihat dari spesifikasi yang ada. Kontrakan ini berada di tengah kampung dengan jalan depan yang dapat dilalui oleh dua mobil secara mepet. Kontrakan ini mempunyai halaman depan dan belakang yang luas. Setidaknya halaman depa huja ditotal luasnya mungkin lebih dari 100 meter persegi, dan cukup untuk parkir empat mobil. Halaman depan mempunyai satu pohon mangga yang sudah besar yang sering berbuah saat musim mangga tiba. Dasaran dari halaman depan ini masih berupa tanah yang ditumbuhi rumput liar. Sewaktu saya awal menempati rumah ini, rumput sudah dipotong rapi pendek oleh yang punya, sehingga tidak ada kesan kumuh ataupun seram di rumah ini. Adapun halaman belakang terdiri dari sumur tua yang menjadi sumber utama air rumah ini. Di halaman belakang juga terdapat satu satunya bangunan kamar mandi yang terpisah dari bangunan utama rumah. Kamar mandi itu beratapkan seng dengan bangunan beton. Di atapnya terdapat struktur seng yang dikasih paku untuk menjemur baju atau menggantungkan sesuatu.
Meskipun sudah menggunakan bahan bangunan yang modern (plester semen, batu bata, keramik dkk) namun desain dari rumah ini masih menggunakan desain rumah jawa yang hanya terdiri dari kolom kosong berbentuk lorong dengan kamar-kamar yang berada di kanan dan kiri lorong tersebut dengan pintu depan dan belakang yang sejajar. Di bagian depan terdapat sofa yang kita jadikan sebagai ruang tamu dan garasi motor. Di ruang tengah terdapat buffet sebagai partisi dari kolom dan difungsikan untuk menaruh TV, dan area kumpul dan bermain games. Disebelah pintu belakang, terdapat wastafel dan dak dapur yang biasa digunakan untuk cuci muka dan memasak. adapun kamar mandi terdapat di halaman belakang yang terpisah dari rumah induk. Di halaman belakang tidak ada penerangan sama sekali kecuali di kamar mandi, sehingga jika kamar mandi tidak menyala maka halaman belakang pasti gelap gulita. Rumah kontrakan tersebut mempunyai lima kamar dengan bentuk kamar yang hampir sama kecuali dua kamar utama yang berada di depan dan belakang dekat dengan wastafel dimana kamar tersebut mempunyai ukuran yang lebih besar dibanginkan tiga kamar lain.
Selama lebih dari 6 bulan pertama tidak ada satupun yang mengalami hal-hal ganjil di rumah tersebut. Rumput yang rapi di halaman depan saat pertama kali mengontrak di rumah tersebut, akhirnya juga menjadi semak belukar dengan tinggi lebih dari  setengah meter. Sehingga rumah terlihat lebih tidak terurus dan kumuh. Ada 6 orang yang ikut mengontrak di rumah tersebut, Rusdi yang menempati kamar besar di depan. Ahmad dan Haryadi mereka berdua menempati kamar besar dibelakang. Jamal, Ndalepok, dan saya menempati kamar sisanya.
Kejadian ganjil dimulai ketika si Rusdi membeli 2 ekor burung hantu anakan yang ia beli di pasar hewan Ngasem (sebelum di pindahkan ke pasty, jalan bantul). Anakan burung hantu tersebut dibawa ke kontrakan dengan kurungan yang terbuat dari kawat ukuran 40 x 20 cm dengan pintu kecil yang berada di depan kurungan. Karena ukuran badan dari anakan burung hantu tersebut yang besar, pintu kurungan tidak dapat mengakomodasi anakan burung hantu untuk keluar. Sehingga untuk mengeluarkan burung hantu tersebut adalah dengan membongkar atap kurungan dengan melepaskan kaitan kawat. Dan setelah selesai dikeluarkan, anakan burung hantu tersebut dimasukan ke dalam kurungan melalui atap kurungan yang telah dibongkar dan direkatkan lagi atap kurungannya.
Saya ingat banget waktu itu siang hari, mungkin hari minggu. Karena waktu itu semua anak berada di kontrakan sedang kumpul di ruangan tengah di dekat tv. Teman saya, Rusdi mengeluarkan anakan burung hantu tersebut dengan membongkar atap dari kurungan dan kita memainkannya. Sungguh lucu anakan burung hantu tersebut.  Setelah selesai memainkan, anakan burung hantu tersebut kemudian dimasukan lagi kedalam kurungan, dan kurungan yang telah dibongkar atapnya itu kemudian ditutup kembali dengan mengkaitkan kawat kawat yang ada di atap dan di bodi kurungan. Waktu itu sekitar pukul lima sore. Anakan burung hantu yang ada di kurungan tersebut berada di dalam rumah hingga pukul setengah dua belas malam. Sebelum tidur, kurungan tersebut dipindahkan dan digantungkan di kamar mandi di halaman belakang rumah.
Berakhirlah hari itu.
Esok hari subuh,  Ndalepok hendak menunaikan sholat subuh. Ia pun wudhu ke kamar mandi halaman belakang. Samar samar dalam kegelapan ia melihat anakan burung hantu yang ada dalam kurungan tidak ada. Cuek saja, dia tetap wudhu dan melakukan sholat subuh. Setelah sholat subuh, Ndalepok kembali mengecek kurungan yang ada di kandang belakang. Dia benar-benar kaget karena anakan burung hantu tersebut hilang. Sontan dia membangunkan Rusdi sebagai pemilik dari anakan burung hantu tersebut. Setelah di cek lebih detil, ada kejanggalan dari hilangnya burung hantu tersebut. Kurungan burung hantu tersebut masih tetap utuh tanpa membuka sama sekali!. Setelah semua penghuni kontrakan bangun, ditanyain satu persatu mengenai perihal hilangnya burung hantu tersebut, dan tidak satu orangpun tahu. Mulailah dengan teori-teori kenapa burung tersebut bisa hilang. saya ingat betul waktu itu kalo ada yang bilang burung hantunya kabur. Namun tak mungkin juga bisa kabur karena kondisi kurungan masih dalam keadaan tertutup rapat, bahkan burung hantu tersebut tidak dapat keluar melalui pintu kurungan karena ukuran pintu yang tidak muat oleh badan burung hantu. Bahkan untuk mengeluarkan burung hantu tersebut harus membongkar atap kurungan. Teori kedua. Jika burung hantu tersebut dicuri, kayanya mustahil pencuri tersebut harus susah payah membongkar atap kurungan, mengambil burung hantu, dan kemudian menutup kembali kurungan tersebut dengan rapat. Nilai burung hantu tersebut tidak sepadan dengan resiko yang dikorbankan. Toh disitu masih ada barang-barang lain yang berharga, ada motor di halaman belakang, masuk samping pintu ada laptop dkk. Sangat mustahil kalo burung hantu tersebut dicuri. Beberapa terori dan argugmen saling berdebat bagaimana burung hantu tersebut hilang. Namun satupun tidak menemukan titik temu. Hingga saat ini kejadian hilangnya burung hantu tersebut masih menjadi misteri.
Saya tidur di kamar paling belakan, dekat dengan wastafel dapur. Selamat tidur di kontrakan tersebut lebih setengah tahun, belum pernah terjadi apa apa. Nah malam itu saya tidur dengan keadaan berbeda. Saya tidur seperti biasanya, sekitar pukul sebelas malam. Biasanya tidur lampu saya matikan, dan pintu kamar saya tutup. Kamar saya waktu itu memang kecil, sekitar 2,5 x 3 meter. Dan di kamar itu hanya terdapat lemari pakaian saya, TV tabung kecil dan rak buku beserta serakan buku. Tak seperti biasanya, tiba-tiba di tengah malam saya terbangun sesak. Sesaknya itu seperti ada sesuatu yang menindihi saya. Saya sadar tidak bisa gerak, dalam kegelapan saya bisa melihat TV dan lemari saya. Waktu itu posisi tidur saya tengkurap, dan sangat terasa sekali ada orang di atas tubuh saya sehingga saya ketindihan. Hal itu berlangsung tidak lama, mungkin sekitar lima menitan. Kemudian saya bisa sadar sepenuhnya. Saya nyalakan lampu, dan seketika itu saya tidur di kamar Rusdi tanpa minta izin darinya. Malam itu terasa sangat menakutkan, semua bulu kuduk berdiri. Semua lampu di kontrakan saya nyalakan. Di kamar Rusdi kejadian “Tindihan” tersebut tidak terulang.
Pagi hari Rusdi kaget melihat saya tidur di kamarnya. “koe ngopo e?” kata Rusdi. Lantas Saya menceritakan ketakutan saya ke semua teman-teman pagi itu. Namun respon dari teman-teman malah menertawaiku, seperti tidak percaya atau sedikit membuli. Ya itu sangat wajar karena memang di kontrakan ini tidak pernah sama sekali ada kejadian-kejadian yang berbau mistis.
…………….
Dua hari berselang dan tak terjadi apa-apa. Jujur saya masih mengalami traumatis akibat kejadian malam itu. Seluruh terman kontrakan sampai hari ini tidak ada yang memercayaiku. Memang sejak saat itu saya merasa ada sesuatu yang berbeda di rumah kontrakan ini. Hawa di kamarku tak terlihat seperti biasa. Memang tatanan kasur, lemari, dan rak buku masih seperti biasa. Lampu menyala seperti bisaya, namun.. suhu udara terasa lebih hangat, dan (mungkin) karena ketakutan saya sendiri yang membuat suasana terlihat lebih menakutkan. Seperti ada seseorang yang menunggu kamarku meskipun tidak ada siapa-siapa.
Sudah jam 23.30 saatnya terlelap. Saya tidak berani tidur di kamar saya karena masih merasa takut. Saya tidur di depan Tv, tepat di tengah-tengah rumah kontrakan yang dikelilingi oleh kamar-kamar teman saya. Di sebelah selatan ruang Tv yang saya tiduri ini, terdapat kamar Ahmad dan Haryadi. Mereka tidur di dalam kamar. Dan di sebelah tidur terdamat kamar Jamal. Sayapun terlelap…
Dalam lelapnya malam,terdengar samar suara lumayan berisik dan langkah kaki seseorang. Sayapun akhirnya terbangun dan sadar kalau ternyata itu adalah Haryadi yang keluar kamar. Saya lihat jam, Pukul 02.00 dini hari.
“kenapa Har?”
“gak papa, besok aja aku ceritain”

Haryadi kemudian membawa kasur keluar kamar dan menata di samping kasurku di ruang tengah di depan Tv. Si Ahmad yang satu kamar dengan Haryadi juga ikut tidur di depan Tv. Melalui intriknya saya sudah tahu kalau Haryadi juga di”tindihin” sebagaimana yang saya alami. Dan mereka tidur di ruang tengah juga membuat saya lebih berani. Sampai akhirnya kita terlelap di depan Tv hingga pagi hari.
Di pagi hari sebelum berangkat kuliah, kita berlima sudah bangun dan ngobrol di depan Tv. Haryadi bercerita panjang tentang pengalamannya malam itu.
“semalam bener-bener kacau” kata Haryadi.
“Saya tidur lumayan lebih pagi dibandingkan biasanya. Saya terlalu capek karena banyak tugas. Saya tidur duluan di dalam sedangkan si Ahmad masih diluar. Asal kamu tahu tidur saya terlentang menghadap atas. Memang gaya tidur saya kaya gitu dari dulu. Saya tidur nyenyak, dan tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman. Saya merasa susah nafas. Tiba-tiba ada perasaan takut yang amat dalam. Saya tidak pernah setakut ini. Seketika ketika saya ingin bangun, badan saya tidak dapat digerakan sama sekali. Saya mencoba teriak, tapi tidak ada suara keluar dari mulut ini. Namun dari semua badan yang sudah untuk digerakan, hanya kaki yang benar-benar tidak bisa digerakan. Saya mencoba memberontak dan menggerakan anggota badan yang bisa saya gerakan. Saya memanggil Ahmad dengan susah payah, namun jua tak beruara hanya desahan-desahan kecil seperti teriak yang ditutup. Saya mencoba membuka kelopak mata dan melihat ke atap rumah. Gelap namun masih disinari oleh lampu ruang tengah yang masuk melalui ventilasi. Saya usahakan untuk melihat ke arah kaki, dimana kaki benar-benar tidak bisa digerakan sama sekali. Susah sekali badan ini untuk digerakan, selama beberapa menit, badan saya hanya bergerak beberapa sentimeter. Ketika melihat ke arah kaki dengan menggerakan leher, betapa kagetnya kalau banyak anak kecil yang memegang kakiku. Ada beberapa darinya hanya berlari-lari kamar. Saya takut setengah mati. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Terlihat lampu terang menyinari dari arah ruang tengah. Ahmad masuk dan menggerakan tubuhku. Setelah itu aku bisa bergerak dan lari ke luar kamar menuju ruang tengah. Si Ahmad juga mengikutiku. Setelah itu Saya gak berani cerita, dan akhirnya saya ceritakan pagi ini.”

Mendengar cerita itu Saya langsung berkata “bener kan yang saya alami itu ada relevansinya”. Jamal, Rusdi, dan Ndalepok sontak juga merasa takut atas kejadian yang terjadi di rumah kontrakan ini. Seolah-olah ada sesuatu yang ingin menteror di tengah malam. Sejak malam itu kami selalu tidur bersama di ruang tengah depan Tv.
Beberapa hari kemudian ada saudara saya menginap di kontrakan. Saya persilakan untuk tidur kamar saya. Dia datang dari jauh dan menginap semalam. Saya dan teman-teman masih tetap tidur di depan Tv. Di tengah malam, saudara saya keluar dari kamar.
“kenapa?” tanyaku
“gapapa, cuman tadi seperti ditindihin” katanya.
Selang beberapa lama kemdian saudaraku kembali kemarku untuk tidur. Hingga pagi menjelang.
Di pagi hari, saudarku cerita panjang lebar. Bahwa dia mengalami teror yang lumayan di kamar saya. Dia adalah orang yang belum pernah mengalami kejadian mistis sama sekali. Dan ketika dia nginep di kamarku, dia mengalami “tindihan” lebih dari empat kali dalam semalam. Dia tidak bisa tidur dan merasa ada sesuatu yang menghantuinya. Saya akhirnya cerita, kenapa kita tidur di ruang tengah bareng-bareng karena ada beberapa kejadian yang gak bikin nyaman. Diapun paham, namun kita semakin percaya bahwa ada teror yang menimpa rumah kontrakan ini.
Yang menarik dari teror ini adalah, selalu dilakukan jam 02.00 dini hari. Dan teror terjadi apabila tidur sendirian di kamar tanpa orang lain. Ini benar-benar sangat membingungkan.
Pernah saya ketiduran di kamar saya. Waktu itu saya habis mengikuti kepanitiaan kampus sampai malam. Saya tiba di rumah kontrakan sekitar pukul 24.00 malam. Begitu selesai mandi, saya ganti baju di kamar. Teman-teman sudah tidur di depan Tv, kecuali Rusdi yang belum pulang. Saya tidur-tiduran di kasur dengan keadaan pintu kamar terbuka yang langsung menuju ruang tengah. Sanking ngantuknya mau membawa kasur ke ruang tengah, Saya berfikir bentar deh tidur bentar. Toh juga pintu terbuka, dan di samping pintu anak-anak terlihat tidur. Tak terasa saya ketiduran…
Saya merasakan ada sesuatu yang merasuki saya di waktu tidur. Persis seperti ketika tindihan. Saya merasa ada seseorang yang masuk perlahan ke tubuh. Badan mulai bergetar dan semakin susah untuk digerakan.
Lampu kamarku memang sudah mati dengan pintu yang terbuka menghadap ruang tengah. Lampu ruang tengah juga mati, hanya Tv yang hidup sebagai penerangan. Cahaya Tv sedikitnya masuk ke kamar saya, melihat saya tidur dalam keadaan siluet.
Badan susah tidak mau digerakan. Saya mulai susah untuk berteriak. Ketika ingin berteriak lebih jauh terdengar “Oi!!!”, seseorang teriak dari ruang tengah. Seketika itu saya loncat dari kasur dan melihat kalau ada Rusdi di ruang tengah. Rusdi berteriak kencang beberapa kali. Dia berkata;
“tidur kamarku aja”
“kenapa e rus?” tanyaku.
“besok aja aku ceritain” katanya.

Sayapun tidur di kamar Rusdi. Hingga di pagi harinya, dia berecerita bahwa dia pulang ke rumah kontrakan pagi dini hari pukul 01.45. Sesampainya di kontrakan dia ingin cuci muka dan sikat gigi. Kebetulan kamar mandi berada di belakang rumah yang harus berjalan melewati ruangan tengah tempat anak-anak tidur dan kamarku disampingnya. Ketika sampai di samping kamarku, dia melihat ke arah kamarku yang pintunya terbuka. Dia melihat ada sesuatu yang terlihat samar-samar di siluet, dan seketika memanggilku dengan sedikit berteriak. Begitulah ceritannya.
Teror ini juga terus berlangsung selama lebih dari lima bulan. Hampir seluruh penghuni kontrakan pernah tindihan. Mendengar suara-suara yang tak lazim. Bahkan ada yang melihat burung hantu yang hilang, burung hantu itu berada di pohon mangga di halaman depan. Sungguh tak masuk akal!
Jika diceritakan kejadian di rumah kontrakan ini, Saya yakin banyak sekali cerita. Namun nanti tulisan ini akan terasa sangat panjang. Saya perlu menceritakan hal yang dianggap ganjil. Di perempatan sebelum ke rumah kontrakan ini, terdapat ruamh kecil dipojokan yang gak dihuni siapa-siapa. Anehnya rumah tersebut menjadi kerajaan bagi kucing dan anjing. Banyak sekali kucing yang tinggal di rumah pojokan itu. Bahkan setiap malam, diperempatan terdapat anjing dengan muka bodoh duduk pas di tengah-tengah perempatan itu. Perempatan itu perempatan kecil yang gelap. Bukan hanya aku saja, setiap teman, baik yang tinggal di rumah kontrakan maupun tidak, selalu melihat sosok anjing ini menjaga perempatan setiap malam diatas jam 11. Puluhan kucing juga mendiami rumah itu. Banyak sekali kucing samapi saya sudah untuk mendeskripsikannya. Hingga sekarang saya masih bingung kenapa bisa seperti itu. Apakah ada rumah yang disediakan untuk hewan yang tidak bertuan. Atau seperti apa. Yang aneh adalah, rumah hewan ini hanya aktif pada waktu malam. Waktu siang tidak pernah saya jumpai ada binatang apapun di rumah kecil pojok ini.






x